Motor matic menjadi pilihan sebagian masyarakat untuk beraktifitas, baik itu bekerja, mengantarkan barang hingga jalan-jalan. Saya sendiri sejujurnya sangat jarang menggunakan motor matic, apalagi bepergian jauh, selama ini menggunakan motor batangan (sport). 

Memang tidak capek menggunakan motor matic dibandingkan dengan sport, namun jika secara perawatan boleh dibilang motor batangan lebih mudah dan murah.

JALAN-JALAN PAKAI MOTOR MATIC

Saat itu sabtu pagi  yang cerah, saya bersama keluarga bertamasya atau istilah kerennya healing ke luar kota, kami yang berada di daerah karawang, tancap gas ke Bandung menggunakan motor matic, saat itu menggunakan H**** Sco****.

Perjalanan diawal memang menyenangkan, walaupun tarikannya tidak terlalu kencang, namun kami menikmati pemandangan sekitar, apalagi pagi hari masih sejuk dan segar.

Perjalanan melewati tanjakan yang membuat motor agak ngebul karena mengeluarkan segenap kekuatannya. Tapi sekali lagi, perjalanan yang melewati perkebunan teh membuat suasana hati gembira.

KE DAERAH DAGO

Daerah Dago memang terkenal dengan suasana nya yang sejuk, di malam hari kerlap kerlip lampu dikota bandung akan terlihat dari atas sini. Kami menuju keatas lagi, tepatnya di Cimenyan, disana ada sebuah villa yang memang sudah di booking seminggu sebelumnya.

Malam kami menyenangkan, ditemani kopi hazelnut yang sengaja di beli di cafe villa, suasananya hening sekali, jauh dari hiruk pikuk keramaian ibu kota Bandung. Memang sejak awal memilih tempat ini sebagai penenang di malam hari.

Letihnya terbayar sudah dengan malam yang begitu syahdu, bagaimana tidak, beberapa tanjakan curam untuk sampai ketempat ini. Villa ini terletak di atas pegunungan di bandung.

Sumber : otofemale.grid.id


PULANG

Saat perjalanan pulang menjadi perjalanan yang tidak terduga sebelumnya, jalanan menurun membuat saya harus mengurangi laju kendaraan dengan rem. Namun alih-alih melambat menuruni turunan tajam, rem depan blog tiba-tiba.

Panik tak elakkan, saya yang membuat suasana tenang, sengaja tidak memberitahu istri rem bagian depan motor blong tiba-tiba, agar tidak terjadi kepanikan berlebih. Alhamdulilah rem belakang masih berfungsi, jadi saya menggunakan sisa tenaga dari rem belakang.

Menepi di jalanan yang agak datar pada akhirnya, saya cek kembali rem depan masih saja tidak berfungsi alias blong, setelah piringan cakram pada rem depan di siram air, langsung saja berasap karena panas.

Mendinginkan motor beberapa saat dengan tujuan rem kembali bisa digunakan, alhamdulilah bisa kembali berfungsi. Saya baca di internet bahwa jangan pernah menekan rem dengan keras saat turunan panjang, itu membuat piringan panas dan akhirnya minyak rem pun panas, sehingga tidak bisa mencengkram piringan deengan baik.

Jika harus mengerem diturunan panjang, maka gunakan seperlunya, misalnya di jeda per 5 detik, atau secara bergantian menggunakan rem depan dan belakang. Sungguh pelajaran yang berarti.

Biasanya saya menggunakan motor manual yang jika turunan hanya tinggal menggunakan gigi rendah, secara otomatis enginee brake bekerja. Namun beda lagi ceritanya jika menggunakan matic